Badai Kerispatih Mengungkap Dinamika Kreatif dengan Sammy Simorangkir

Doadibadai Hollo, lebih dikenal sebagai Badai, adalah sosok yang tak asing di industri musik Indonesia, terutama sebagai salah satu pencipta lagu sukses di grup musik Kerispatih. Baru-baru ini, Badai muncul untuk berbicara tentang berbagai hal terkait musik ciptaannya, termasuk pengalaman pahit yang pernah ia alami saat karyanya ditolak oleh vokalis Kerispatih, Sammy Simorangkir. Dalam konferensi pers yang diadakan di Cipete, Jakarta Selatan, Badai mengungkapkan perasaannya tentang situasi tersebut dan harapannya terhadap konsistensi Sammy sebagai seorang musisi.

Penolakan Lagu dan Kenangan Masa Lalu

Badai mengungkapkan bahwa di masa lalu, Sammy Simorangkir sering menolak lagu-lagu yang ia ciptakan. “Beliau pernah mengatakan ke saya, ‘Gue gak butuh lagu lu’,” kenangnya. Pernyataan ini tentu saja meninggalkan kesan yang mendalam bagi Badai, terutama karena ia merasa bahwa lagu-lagunya tetap dibawakan oleh Sammy, bahkan dalam konser tunggalnya yang terbaru. “Kalau memang gak butuh, kenapa masih dibawain?” tanyanya retoris, menunjukkan rasa kesal dan kekecewaan yang ia rasakan.

Meskipun Badai tidak mempermasalahkan pernyataan tersebut secara pribadi, ia berharap agar Sammy bisa lebih konsisten dengan ucapannya. “Saya pikir dia harusnya lebih percaya diri untuk tidak nyanyiin lagu saya lagi,” ungkap Badai. Ia menilai bahwa Sammy, sebagai penyanyi solo, seharusnya memiliki banyak lagu bagus lainnya dan tidak perlu terus mengandalkan karya-karya Badai.

Kesaksian di Mahkamah Konstitusi

Dalam kesempatan yang sama, Badai juga menanggapi kesaksian Sammy yang disampaikan saat menjadi saksi dalam sidang uji materi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta di Mahkamah Konstitusi (MK). Sammy menyebutkan bahwa ia diminta membayar Rp 5 juta per lagu jika ingin membawakan lagu-lagu Kerispatih. Menanggapi hal ini, Badai menyatakan bahwa Sammy tidak pernah membayar apa pun selama menggunakan karyanya.

Badai Hollo: Mengungkap Penolakan dan Dinamika Kreatif dengan Sammy Simorangkir

“Gini ya, kalau dibilang dimintai Rp 5 juta, itu kan omongan lisan, dan itu pun disampaikan oleh manajemen kami waktu itu,” jelas Badai. Ia menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan resmi mengenai nilai pembayaran tersebut. “Saya sih enggak pernah merasa ada kesepakatan nilai pembayaran seperti itu,” tambahnya. Badai juga menekankan bahwa kebijakan mengenai penggunaan lagu merupakan keputusan manajemen, bukan hanya keputusan pribadi.

Harapan untuk Konsistensi dan Kreativitas

Badai Hollo, yang kini berusia 47 tahun, berharap agar Sammy Simorangkir dapat lebih percaya diri dalam menciptakan musiknya sendiri tanpa harus bergantung pada lagu-lagu ciptaannya. Ia percaya bahwa setiap musisi harus bisa menciptakan karya yang menunjukkan identitas dan kreativitas mereka. Dengan banyaknya lagu yang bagus dan potensial di luar sana, Badai merasa Sammy seharusnya bisa mengandalkan kreativitasnya sendiri.

Kesimpulan

Pengalaman Badai Hollo terkait penolakan karya dan dinamika hubungan kreatif dengan Sammy Simorangkir menunjukkan kompleksitas yang sering terjadi dalam industri musik. Meskipun ada ketegangan yang muncul dari situasi ini, Badai tetap optimis dan berharap agar Sammy bisa menemukan keberanian untuk mengeksplorasi karya-karya baru yang mencerminkan dirinya sebagai seorang artis. Di sisi lain, kasus ini juga menjadi pengingat bagi semua musisi tentang pentingnya menghargai hak cipta dan kreativitas dalam industri yang penuh dengan persaingan.

Sebagai pencipta lagu yang telah memberikan kontribusi besar dalam musik Indonesia, Badai Hollo tetap menjadi sosok yang inspiratif, menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, semangat untuk menciptakan musik yang berkualitas tidak akan pernah pudar.

Leave a Comment